BREAKING NEWS

Indonesia

Indonesia

Slider

Spain

Brazil

Italy

England

England

Italy

Spain

Brazil

Selasa, 25 Februari 2014

El Clasico, Rivalitas Panjang Real Madrid dan Barcelona

Bicara tentang El Clasico tidak pernah ada habisnya, untuk fans Real Madrid dan Barcelona seharusnya sudah tahu tentang sejarah panjang rivalitas ke dua tim ini. Tulisan ini tidak untuk menghakimi atau berpihak dengan salah satu tim. Berikut kami sajikan ulasan yang di kutip dari opraywinter.blogspot.com yang membahas rivalitas kedua tim ini.

Sejarah awal rivalitas Real Madrid vs Barcelona 


Klub sepakbola Barcelona didirikan tahun 1899 oleh seorang kelahiran Swiss bernama Hans Gamper (yang sama seperti Anda, saya pun tidak kenal). Dia membentuk klub sepak bola yang berisi pemain-pemain dari Swiss, Inggris, dan Catalan (satu suku bangsa di Spanyol). Gamper mencetak 103 gol antara tahun 1901 sampai 1903 dan menjadi Presiden klub sampai kematiannya tahun 1930. Stadion Barcelona pertama dibangun tahun 1909 dengan kapasitas penonton 6000 orang. Pertama kali Barcelona menjadi juara liga spanyol adalah tahun 1929, hanya 1 tahun sebelum kematian Gamper. Pada waktu itu, Barcelona sudah menjadi tim yang disegani dan sudah bisa merekrut pemain-pemain asing seperti Hector Scarone (Uruguay). Akan tetapi pemain yang mungkin “paling” terkenal pada zaman ini adalah sang kiper, Ricardo Zamora. Zamora terkenal karena 2 alasan. Pertama, nama dia diabadikan sampai sekarang sebagai nama piala penghargaan untuk kiper terbaik di liga spanyol setiap tahunnya. Kedua, dia adalah pemain pertama yang menapaki jalan transfer yang paling berbahaya di spanyol: Pindah dari Barcelona ke Real Madrid!

Permusuhan antara Barcelona dan Real Madrid bermula pada masa Franco. Siapa Franco ini? Dia adalah seorang Jenderal yang menjadi penguasa diktator di Spanyol pada tahun 1930-an. Barcelona, sampai sekarang, adalah “ibukota” dari Provinsi Catalonia, yang sebagian besar penduduknya adalah dari suku bangsa Catalan dan Basque. Sejak dulu, orang-orang catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah “penjajahan” Spanyol.
Franco kemudian bertindak lebih jauh. Josep Suñol, Presiden Barcelona waktu itu, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona “diinstruksikan” (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid. Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan mencetak 1 gol. Skor akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan “pengaturan pertandingan” dan dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya.

Sejak saat itu FC Barcelona menjadi semacam klub “anti-franco” dan menjadi simbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap Spanyol. Ada juga klub-klub lain di Catalonia seperti Athletic Bilbao dan Espanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya untuk hanya merekrut pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi prestasi tidak sementereng Barcelona. Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid.

Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!. Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.

Pada tahun 50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real Madrid yang waktu itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai anak emas Franco sejak tahun 1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar untuk belanja pemain. Barcelona sendiri, pada 2 dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4 kali liga spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali piala Inter City Fair (yang kemudian menjadi UEFA Cup).

Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.

Rivalitas Hingga Kini

Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu legenda Barcelona, Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan persnya ketika diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih Barcelona dibanding Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di sebuah klub yang diasosiasikan dengan Franco. Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri dengan skor 5-0.

Pada tahun itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Eropa, dan memberi nama anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi. Statusnya sebagai legenda menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada akhirnya tidak pernah bisa sebesar ayahnya. Karir sepakbolanya lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker, meski sempat beberapa tahun memperkuat Manchester United.

Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih “sehat”. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang spesial. Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.

Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el classico sebagai sebuah “perang”, bukan sekedar pertandingan sepak bola. Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan serdadu perang, bukan sebuah kesebelasan sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan. Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub: Anda boleh kalah dari siapa saja di liga ini, tapi JANGAN sampai kalah dari Real Madrid!

Meski begitu di dalam lapangan, “peperangan” ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik.

Transfer pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini, perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatan.


Luis Figo mungkin adalah salah seorang yang paling mengerti mengenai hal ini. Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu “bukan siapa-siapa” tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an. Akan tetapi, pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola. Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.

Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup. Seorang pendukung Barcelona di tengah-tengah pertandingan berhasil menerobos pagar petugas keamanan, sambil memakai bendera Barcelona sebagai jubah, kemudian berlari ke arah Figo membawa sebuah hadiah istimewa: sebuah kepala babi, lengkap dengan sedikit darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo. Figo sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah simbol keserakahan dan pengkhianatan.

Sumber:

Senin, 24 Februari 2014

Pele, Sang Raja Dari Brazil


Edison Arantes do Nascimento atau lebih dikenal sebagai Pelé, lahir di Três Corações, Minas Gerais, Brasil 23 Oktober 1940 adalah legenda sepak bola dunia yang berasal dari Brasil. Selama kariernya sebagai pemain, Pele berhasil membawa Brasil menjadi Juara Dunia Sepak bola sebanyak 3 kali, yaitu pada tahun 1958 di Swedia, tahun 1962 di Chili, dan tahun 1970 di Meksiko. Berkat keberhasilannya tersebut, Brasil berhak atas Piala Jules Rimet. Pelé mendapatkan julukan O Rei atau Sang Raja.

Karir Pelé

Pelé mengais uang pertama kali sebagai penyemir sepatu. Namun, cita-citanya sebagai pemain sepakbola tidak pernah sirna.

Ia meniti karir di sepakbola semenjak usia dini. Semula ia bergabung di beberapa tim amatir seperti Baquinho dan Sete Setembro. Menginjak usia 11 tahun, yaitu ketika ia bergabung dengan tim Ameriquinha yang tidak ada pelatihnya, ia ditemukan oleh mantan pemain tim nasional Brazil untuk Piala Dunia yang bernama Waldemar de Brito. Ia menangkap bakat yang luar biasa dari Pelé dan memberikan tawaran untuk bergabung dengan tim yang diasuhnya, yaitu Clube Atlético Baurú?. Menginjak usia 15 pada tahun 1956, de Brito memboyong Pelé ke kota São Paulo dan dicoba bermain untuk klub profesional, Santos Futebol Clube (SFC). Hari itu, de Brito berkata kepada Direktur klub bahwa "anak ini kelak akan menjadi pemain sepakbola terbesar di dunia."

Kiprah Pelé dimulai pada tanggal 7 September 1956 ketika ia menggantikan posisi penyerang tengah Del Vecchio. Secara mengejutkan ia menjebol gawang lawan dengan 6 gol dari 7 gol yang disarangkan timnya dengan posisi akhir 7-1 untuk kemenangan Santos. Pelé mengawali gol emasnya pada menit ke 36 yang bekerjasama dengan 2 penyerang pendukungnya Raimundinho dan Tite. Pelé menerima umpan di daerah kotak penalti dan meskipun ditempel ketat oleh pemain belakang lawan, ia mampu menceploskan si kulit bundar di antara kedua kaki penjaga gawang Zaluar. Zaluar belakangan dikenal secara luas sebagai korban pertama dari keganasan kaki emas Pelé. Perjalanan Pelé dari pertandingan tersebut hingga mencapai puncak kejayaannya dilalui dengan sangat cepat. Dalam pertandingan liga yang pertama kali bersama Santos, ia langsung menggebrak dengan 4 gol. Pada musim kompetisi berikutnya, ia berhasil menempatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak di kompetisi liga negara bagian São Paulo dengan 32 gol. Hanya dalam tempo singkat, Pelé kemudian dipanggil untuk bergabung dengan skuat tim nasional Brasil.

Ketika berumur 16 tahun pada tanggal 7 Juli 1957, Pelé memperkuat tim nasional Brazil melawan Argentina serta berhasil mencetak satu-satunya gol dengan skor akhir 2-1 untuk kemenangan Argentina. Datang menjelang Piala Dunia tahun 1958, dan dunia terperangah dengan kehadiran si Mutiara Hitam ini. Akselerasinya yang mengagumkan serta tembakan yang keras dan terarah benar-benar membangkitkan decak kagum bagi siapapun. Ia cukup dengan melenggang ke lapangan hijau, dan seketika itu gemuruh penonton meledak tiada hentinya mengelu-elukan dirinya. Sesudah penampilannya di Piala Dunia 1962, tim raksasa eropa seperti Real Madrid, Manchester United dan Juventus mulai mengincarnya. Namun hal ini dicegah oleh pemerintah Brasil dengan mengatakan bahwa Pelé adalah bagian dari harta karun negara dan tidak diperbolehkan bermain sepakbola di luar Brasil. Julukan si Raja diberikan terhadap Pelé oleh pers Perancis pada tahun 1961 semenjak ia memperkuat SFC di beberapa pertandingan di Eropa.

Trofi pertama untuk Pelé bersama Santos adalah Campeonato Paulista atau juara liga dimana Pelé secara menakjubkan keluar sebagai pancetak gol terbanyak dengan 56 gol, sebuah rekor yang tetap bertahan sampai sekarang. Setahun kemudian O Rei mempersembahkan trofi Torneio Rio-São Paulo dimana Santos mengalahkan Vasco da Gama 3-0. Sayangnya Santos tidak mampu mempertahankan trofi Campeonato Paulista. Pada 1960 Pelé berhasil membawa Santos memenangkan trofi Campeonato Paulista akan tetapi kalah dalam Torneio Rio-São Paulo. Pelé menyelesaikan kompetisi dengan mencetak 47 gol. Sepanjang kariernya di Santos Pelé telah mempersembahkan 10 trofi Campeonato Paulista, 4 trofi Torneio Rio-São Paulo, 5 trofi Taca Brazil, 1 trofi Recopa Int. dan trofi Torneio Roberto Gomes Pedrosa. Santos kemudian berpartisipasi dalam Copa Libertadores, turnamen paling bergengsi di Amerika Selatan, dimana Pelé berhasil membawa Santos meraih trofi tersebut 2 kali pada tahun 1962 dan 1963 dan menjadi Top Skorer turnamen pada 1965. Pelé juga mengantarkan Santos menjuarai Piala Interkontinental yang sekarang menjadi turnamen Piala Dunia Antarklub pada tahun 1962 mengalahkan Benfica 3-2 dan 4-2 dan 1963, mengalahkan AC Milan 2-4, 4-2 dan play-off 1-0. Pada 19 November 1969 Pelé mencetak gol ke 1.000-nya untuk Santos. Gol itu dicetak Pelé ketika berhadapan dengan Vasco da Gama lewat tendangan pinalti. Penampilan Pelé bersama Santos telah membuatnya berkeliling dunia dalam berbagai laga eksebisi. Salah satunya pada 1967 dimana Santos bersama Pelé tampil di Nigeria di tengah-tengah perang saudara. Tampilnya Pelé membuat perang tersebut mengalami gencatan senjata selama 48 jam agar rakyat bisa menyaksikan Pelé tampil dalam laga eksebisi di Lagos, Nigeria.

Mimpi buruk bagi Corinthians

Selama 10 tahun Pelé membela bendera Santos, klub Corinthians do Parque de São Jorge tidak pernah mampu mengalahkan Santos. Hasil-hasil pertemuan kedua tim tersebut adalah sebagai berikut:

14 September 1958: 1-0, 1 gol Pelé
7 Desember 1958: 6-1, 4 gol Pelé
30 April 1959: 3-2, 1 gol Pelé
26 Agustus 1959: 3-2, 1 gol Pelé
27 Desember 1959: 4-1, 2 gol Pelé
31 Juli 1960: 1-1, 1 gol Pelé
30 Nopember 1960: 6-1, 1 gol Pelé
3 Desember 1960: 1-1, 0 gol Pelé
23 September 1962: 5-2, 1 gol Pelé
3 Nopember 1962: 2-1, 1 gol Pelé
3 Maret 1963: 2-0, 2 gol Pelé
21 September 1963: 3-1, 3 gol Pelé
14 Desember 1963: 2-2, tidak main
18 Maret 1964: 3-0, 1 gol Pelé
30 September 1964: 1-1, 1 gol Pelé
6 Desember 1964: 7-4, 4 gol Pelé
15 April 1965: 4-4, 4 gol Pelé
29 Agustus 1965: 4-3, 2 gol Pelé
14 Nopember 1965: 4-2, 2 gol Pelé
8 Oktober 1966: 3-0, 0 gol Pelé
17 Desember 1966: 1-1, tidak main
13 Mei 1967: 1-1, 1 gol Pelé
10 September 1967: 2-1, tidak main
10 Desember 1967: 2-1, 1 gol Pelé

Pertama kali Corinthians berhasil menaklukkan Santos setelah periode tersebut adalah pada tanggal 6 Maret 1968 dengan skor 2-0.

Pelé bermain untuk terakhir kalinya selama 21 menit bersama Santos Futebol Clube dalam suatu pertandingan pada tanggal 3 Oktober 1974, mulai jam 21:08. Santos memenangkan pertandingan melawan Ponte Preta tersebut dengan skor 2-0 melalui gol Cláudio Adão dan gol bunuh diri dari Geraldo. Tetapi pertandingan sempat terhenti bagi para penggemar ketika:

Di menit ke 21, ketika Pelé secara tak terduga menangkap bola dengan kedua belah tangannya, kemudian berlutut di tengah lapangan dan mengangkat kedua tangannya, menyebabkan gemuruh di stadion Vila Belmiro seketika menjadi tercengang menyaksikan adegan tersebut. Tetapi hanya berlangsung sejenak. Penonton segera menyadari bahwa Pelé telah memutuskan untuk mengakhiri karirnya sebagai pemain sepakbola terbaik sepanjang masa.

Pada tahun 1974, Pelé tampil sebagai duta sepakbola untuk Amerika Serikat dalam rangka memopulerkan sepak bola bersama dengan Franz Beckenbauer dan Johan Cruyff. Pelé bergabung dengan klub New York Cosmos. Walaupun telah berumur 34 tahun, namun kemampuan Pelé masih memukau. Dia bahkan mengantarkan New York Cosmos menjadi juara NASL (North American Soccer League) pada tahun ketiga nya. Total Pelé tampil dalam 107 pertandingan dan mencetak 64 gol.

Pelé dan Piala Dunia

Pelé turut ambil bagian dalam 4 kali Piala Dunia: Swedia tahun 1958, Chili tahun 1962, Inggris tahun 1966 dan Meksiko tahun 1970. Ia berhasil membukukan 12 gol dalam 14 kali pertandingan Piala Dunia.

Swedia 1958
Pertama kali Pelé ambil bagian dalam Piala Dunia ini adalah pada pertandingan ketiga, ketika berhadapan dengan Soviet. Ia diterjunkan atas saran dari para official tim kepada Vicente Feola untuk menurunkan Pelé dan Garrincha setelah mereka memenangi dua pertandingan terdahulu melawan Austria dengan 3-0 dan seri 0-0 melawan Inggris. Pada pertandingan pertama tersebut Pelé belum berhasil menjaringkan gol, tetapi tim Brazil berhasil menekuk Soviet dengan skor 2-0 yang dihasilkan oleh Vavá. Di pertandingan berikutnya Pelé membukukan gol satu-satunya bagi tim Brazil. Ketika Brazil berhasil mempecundangi Perancis di semi final dengan skor mencolok 5-2, Pelé melakukan hat trick dengan 3 gol sedangkan Vavá dan Didi masing-masing 1 gol. Di partai final berhadapan dengan Swedia, Pelé menjaringkan 2 gol, demikian pula Vavá 2 gol dan Zagalo 1 gol untuk hasil akhir 5-2.

Chili 1962
Dalam partai pertama yang dimainkan tim Brazil melawan Meksiko, Pelé mencetak satu gol dan Brazil memenangi pertandingan tersebut. Sayangnya, kendati kejuaraan ini termasuk milik Pelé, tetapi ia terpaksa diistirahatkan lebih awal sebagai ujung tombak. Memasuki menit kesepuluh ketika berhadapan dengan Cekoslowakia, otot kakinya tertarik dan ia harus ditarik keluar dari pertandingan ini dan partai-partai berikutnya. Piala yang diraih Brazil kemudian mejadi milik Mané Garrincha, sementara posisi Pelé digantikan oleh Amarildo.

Inggris 1966
Sejak semula, segala sesuatunya terasa serba salah bagi tim Brazil untuk menghadapi kejuaraan ini. Bagaimanapun, 43 pemain akhirnya direkrut untuk memperkuat pasukan Brazil. Namun ketika tim bertolak ke Eropa, dua pemain terbaik mereka yaitu penjaga gawang Valdir dan penyerang Servilio dikeluarkan dari tim. Di pertandingan pertama, Brazil mengalahkan Bulgaria dengan 2-0 hasil dari kaki Pelé 1 gol dan satunya oleh Garrincha. Kemudian Brazil kalah 3-1 melawan Hungaria dan di pertandingan berikutnya melawan Portugis, Pelé terpaksa harus ditarik keluar lapangan karena dua kali cidera oleh pemain-pemain Portugis yang bermain sangat kasar. Pergantian itu dilakukan sebagai peringatan terhadap tim lawan.

Meksiko 1970
Ini adalah kejuaraan yang menganugerahkan Piala Tetap Jules Rimet bagi Brazil. Di pertandingan pertama, Brazil menjungkalkan Cekoslowakia 4-1 melalui 2 gol dari Jairzinho, masing-masing 1 gol oleh Pelé dan Rivelino. Korban berikutnya menyusul Inggris yang ditekuk 1-0 melalui gol Jairzinho. Kemudian Brazil memenangi 3-2 atas Rumania melalui 2 gol dari Pelé dan satu gol dari Jairzinho. Kemengangan berikutnya diraih atas Peru dengan skor 4-2. Brazil melaju ke puncak setelah dalam babak semi final mempecundangi Uruguay dengan skor 3-1. Di partai Final Brazil melibas tim Itali dengan skor telak 4-1 melalui gol-gol dari Pelé, Gérson, Jairzinho, dan Carlos Alberto. Dalam kejuaraan ini, Pelé juga membukukan 3 kali kesempatan emas terbaik dalam sejarah, sehingga membuahkan julukan penyelamatan terbaik bagi penjaga gawang Inggris, Banks, sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Dunia ketika ia menggagalkan sundulan kepala dari Pelé.

Kenangan tentang Pelé yang tak terlupakan

Di tahun 1993, Pelé diangkat sebagai anggota Dewan Kehormatan Sepak Bola Amerika Serikat. Setelah Pelé bermain di sebuah stadion di Lima, ibukota Peru, di dinding stadion terpampang papan bertuliskan "Pelé pernah bermain disini." Suatu kali ia bahkan menghetikan perang sipil (lihat di atas) di Nigeria: 48 jam gencatan senjata ditandatangani dengan Biafra sehingga kedua belah pihak dapat menyaksikan pertandaingan eksebisi yang dimainkan oleh Pelé. Ketika ia pamit dari tim nasional pada tanggal 18 Juli 1971, 200.000 orang tumpah ruah di monumen Maracanã, dan ia menghadiahkan kaos bernomor punggungnya yang bersejarah yaitu nomor 10 kepada seorang anak berusia 10 tahun.

Pelé adalah satu-satunya orang yang berhasil memboyong 3 kali Piala Dunia sebagai pemain (1958, 1962 dan 170) dan mencetak 1.281 (atau 1284) gol di 1.363 pertandingan profesional yang barangkali ini merupakan rekor sepanjang masa di dunia sepakbola. Ini adalah rata-rata gol sepanjang masa dengan 0,93 gol tiap pertandingan. Pada tahun 1959 ia mengukuhkan diri sebagai pencetak gol terbanyak di liga São Paulo dengan 126 gol dalam satu musim kompetisi. Pada tanggal 21 Nopember 1964, ia mencetak 8 gol dalam satu pertandingan melawan Botafogo dari Rio de Janeiro. Tanggal 19 Nopember 1969 ketika ia mencetak golnya ke-1.000 yang sangat terkenal dari titik penalti di menit ke 34 melawan Vasco da Gama, ia mendedikasikan gol tersebut kepada para anak-anak miskin dan orang-orang jompo yang menderita di Brazil. Pele juga mencatatkan diri sebagai pemain yang pernah enam kali mencetak lima gol dalam satu pertandingan, 30 kali quattrick, dan tak kurang dari 92 kali hattrick. Pelé juga turut ambil bagian dalam apa yang dikenal dengan "Usia Emas" dari Libertadores Cup dari 1960 sampai1963 dimana Peñarol, kesebelasan dari Uruguay, menjadi langganan bertemu Santos di babak final. Peñarol memenangkan pertandingan pada 1960 dan 1961 sedangkan Santos merebut gelar juara berturut-turut pada 2 tahun berikutnya.

Pelé memberikan inspirasi atas peranan pengatur irama permainan sebagai tipe pemain tengah. Ia selamanya memimpin pemain-pemain hebat Brazil lainnya seperti Vavá, Didi, Garrincha, dan masih banyak lagi. Banyak yang memberikan penilaian bahwa Pelé tetap akan menjadi pemain terbaik seandainya dia ditempatkan pada posisi manapun. Pelé bahkan pernah suatu kali bersikukuh kepada manajer Santos untuk bermain sebagai penjaga gawang. Pada tanggal 19 Januari 1964 ia menggantikan posisi Gilmar, penjaga gawang Santos yang dikeluarkan oleh wasit, dalam babak semi final Piala Brazil. Selama lima menit, setelah menciptakan 3 gol, Pelé menggunakan nomor punggung 1 dan melakukan dua kali penyelamatan yang spektakuler sehingga mengamankan jalan bagi Santos untuk menuju babak final.


Referensi:

Minggu, 23 Februari 2014

Rivalitas dan Konflik Antar Suporter di Indonesia

Indonesia merupakan negara besar dan memiliki keanekaragaman budaya di setiap daerahnya, tak terkecuali pula dengan olahraga sepakbola. Sepakbola yang merupakan olahraga terpopuler di dunia, sangat banyak di minati oleh para penduduk Indonesia utamanya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Indonesia yang merupakan negara besar, memiliki ratusan atau bahkan ribuan klub sepakbola mulai dari tingkatan rendah hingga tingkatan tinggi macam Persipura, Arema, Persija, Persib, dll. Sepakbola Indonesia juga tak lepas dari peran suporter, jika tidak ada suporter yang mendukung tim kesayangannya, mana mungkin kompetisi sepakbola di Indonesia ini menjadi kompetisi yang kompetitif. Aroma persaingan antar suporter pun acapkali mewarnai perjalanan panjang persepakbolaan Indonesia, rivalitas antar suporter hingga menimbulkan konflik antar suporter selalu terjadi di persepakbolaan tanah air kita tercinta.

Berikut beberapa rivalitas dan konflik antar kelompok suporter di Indonesia

1. Aremania vs Bonek Mania


Entah kapan konflik dan rivalitas antar suporter yang nota bandnya adalah kota yang saling berdekatan ini mulai muncul, sebelum admin lahirpun rivalitas antar dua kubu suporter ini memang sudah terjadi hingga menyebabkan korban jiwa bagi keduanya. Dari beberapa artikel yang admin baca, rivalitas dan konflik yang terjadi antara Aremania vs Bonek Mania adalah “gengsi daerah”, masing-masing menganggap kotanya lebih kuat dan lebih hebat.

Berbicara masalah persaingan dan rivalitas dua elemen suporter di Jawa Timur ini, maka kita tidak dapat mengesampingkan sejarah dan kultur sosial masyarakat masing-masing kota. Malang yang secara demografis adalah sebuah kota yang ada di pinggiran gunung, dimana pembangunan-pembangunan yang dilakukan sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga zaman Orde Baru membawa kemajuan yang sangat pesat bagi kota ini. Kemajuan yang membuat masyarakatnya merasa mampu untuk menyaingi kota metropolitin sekelas Surabaya. Surabaya yang selalu dianggap ‘number one’ dalam berbagai kondisi membuat masyarakat Malang tidak terima dan menganggap arek Suroboyo adalah saingan utama mereka. Dalam tataran propinsi misalnya, dimana Malang merupakan kota kedua setelah Surabaya. Hal ini memicu kecemburuan sosial yang sangat tinggi oleh arek Malang terhadap arek Suroboyo .

Kondisi ‘tidak mau kalah’ ini membuat suhu konflik Malang-Surabaya begitu panas. Begitu juga dengan sepakbola, dimana suporter asal Malang selalu berusaha menyaingi suporter asal Surabaya.Jika Bonek Mania dikenal dengan sebutan Bondho duwit, sedangkan Aremania Bondho duit. Adapula jika Bonek Mania menebarkan virus permusuhan, sedangkan Aremania menyebarkan antivirusnya yakni aroma perdamaian.

Rivalitas keduanya tidak hanya hadir lewat kerusuhan dan peperangan, tetapi juga dengan nyanyian-nyanyian saat mendukung tim kesayangannya. Bonekmania, di kala pertandingan Persebaya melawan tim manapun, pasti akan menyanyikan lagu-lagu yang menghina Arema dan Aremania. Begitu pula Aremania, di kala pertandingan kandangnya juga sering menghujat Bonek.Hingga saat ini pun, kata ‘DAMAI’ belum bisa tercapai antar kedua elemen kelompok suporter ini, Mungkin benar kata orang, Aremania dan Bonekmania adalah musuh abadi.

2. Viking dan The Jackmania


Admin sendiri tidak mengetahui dengan jelas, kapan awal perseturuan antar kedua kelompok suporter besar di Indonesia ini saling berkonflik. Menurut artikel yang admin baca, rivalitas keduanya dimulai pada tahun 2000 yang bertepatan dengan berlansungnya Liga Indonesia VI. Saat itu pertandingan antara Persib Bandung vs Persija Jakarta, The Jackmania yang akan mendukung tim pujaannya bertanding di stadion Siliwangi, Bandung menerima perlakuan tidak enak dari oknum bobotoh karena alasan, bobotoh mereka juga diperlakukan dengan tidak simpatik di Jakarta ketika menyaksikan pertandingan Persijatim vs Persib di Lebak Bulus, The Jackmania pun akhirnya tidak bisa masuk ke dalam stadion Siliwangi, Bandung.

Ketika rombongan hendak pulang, tiba2 The Jakmania diserang lagi oleh bobotoh yang masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima oleh The Jakmania. Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya The Jakmania balas perlakuan mereka (Oknum Bobotoh). Jumlah bobotoh di luar stadion masih ratusan sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil akibat terkena lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan mereda dan the Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi bentrok beberapa kali ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang pulang karena tidak kebagian tiket.

Sejak saat itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak. Puncaknya di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai oleh Sigit Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Suporter Seluruh Indonesia.

Kebodohan the jak terekspos keseluruh negeri ketika mereka tak berdaya menghadapi Viking dalam kuis Siapa Berani. Kuis yang menguji wawasan dan kemampuan berpikir. Itu merupakan edisi khusus kuis Siapa Berani, edisi supporter sepak bola. Menghadirkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Viking berhasil melewati babak bonus dan berhak atas uang tunai 10 juta rupiah. Seperti biasanya, rasa iri dari the jak muncul. Malu dikalahkan di kotanya sendiri, ketua the jak saat itu, Ferry Indra Syarif memukul Ali, seorang Viker yang menjadi pemenang kuis. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang ketua. Ketuanya saja begitu, apalagi anak buahnya?

Kejadian itu terjadi di kantin Indosiar, ketika dilangsungkannya acara pemberian hadiah. Kontan keributan sempat terjadi, namun berhasil diatasi. Kesirikan the jak tak sampai disitu. Mereka menghadang rombongan Viking dalam perjalanan pulang menuju Bandung, tepatnya di pintu tol Tomang. Anak-anak Bandung yang berjumlah 60 orang pulang dengan menggunakan dua mobil Mitsubishi Colt milik Indosiar dan satu mobil Dalmas milik kepolisian. Ketiga mobil ini dihadang sebuah Carry abu-abu. Dua lolos, namun nahas bagi salah satu Mitsubishi Colt yang ditumpangi para anggota Viking. Mobil itu terperangkap gerombolan the jak. Kontan, mobil dirusak, Viking disiksa, dan uang para pendukung pangeran biru itu pun dijarah. Termasuk handphone dan dompet mereka. Tercatat sembilan anggota Viking mengalami luka-luka. Tiga diantaranya terluka parah. Namun sayang, pihak kepolisian lamban dalam menyelesaikan kasus ini. Termasuk dalam menangkap the jak yang merampok dan menganiaya anggota Viking Persib Club.

Hingga saat ini perseteruan kedua kelompok supporter itu masih terus berlanjut. Viking, yang memiliki anggota terbanyak di Indonesia, memiliki kreatifitas tinggi, terbukti dengan julukan “Bandung kota mode, musik, dan seniman” (bahkan the jak pun belanja ke Bandung), dengan the jak yang memiliki title kota ibukota. Entah kapan ini berakhir.

Menarik sekali membahas pertemuan Persib dan Persija karena dua klub ini merupakan dua klub legendaris dan memiliki sejarah besar sejak zaman Perserikatan dulu. Aroma klasik dan dendam selalu mewarnai pertandingan ini. Mungkin tensi pertandingan ini setara dengan Inter vs Juventus di Serie-A atau Barcelona vs Real Madrid di La Liga.

3. Benteng Viola vs Benteng Mania


Mungkin dari beberapa rivalitas suporter yang ada di persepakbolaan Indonesia, konflik dan rivalitas antara Benteng Viola vs Benteng Mania adalah paling miris, mengapa admin sebut demikian karena kedua elemen suporter ini sama-sama berasal dari Tanggerang bedanya hanya pada klub yang mereka dukung. Jika Benteng Viola mendukung Persita Tanggerang, sedangkan Benteng Mania mendukung Persikota Tangerang. Disetiap pertangdingan baik Persikota atau Persita, Benteng mania dan Viola Extrim selalu terlibat tawuran disekitar stadion, sehingga membuat arus kendaraan menjadi tersendat dan mengganggu warga sekitar stadion.

4. Persik Mania vs Aremania


Sepakbola di Jawa Timur memang panas, apalagi jika ada pertandingan big match derby jatim pastilah di tunggu-tunggu tuh pertandingan, selain adu gengsi antar klub Jawa Timur, juga pembuktian siapa klub terkuat di Jawa Timur. Selain itu juga rivalitas suporter, dan sekarang saatnya mendalami rivalitas antara kedua elemen suporter yakni Persikmania vs Aremania. Dari informasi yang admin baca, asal mula permusuhan antara Aremania vs Persikmania terjadi setelah manager tim Arema saat itu, Iwan Budianto melakukan penggembosan habis-habisaan di tim Arema. Saat itu Arema yang bermain di divisi utama yang berjalan kurang dari sebulan, Iwan Budianto melakukan migrasi ke persik dengan membawa beberapa pilar penting AREMA ke Persik Kediri yang saat itu berlaga di Divisi I dan bisa membuat Persik Juara Divisi I dan otomatis promosi ke Divisi Utama. Konflik berawal dari pertandingan antara Persik Kediri vs Arema, aremania datang dengan jumlah yang buanyak melebihi batas yang ditentukan panpel, lalu banyak yang masuk stadion Tidak membayar, Stadion Brawijaya banjir suporter baik dari malang maupun tuan rumah kediri. Singkat cerita PERSIK unggul 1-0 Arema. Hal ini membuat ribuan AREMANIA yang menempati tribun selatan gak terima trus melempari pemain, ternyata lama kelamaan gak hanya pemain yang dilempar tapi kerusuhan menjalar jadi bentok antar suporter AREMANIA VS PERSIK MANIA, hingga banyak jatuh korban dan diteruskan di luar stadion dan sepanjang jalur Kediri – Malang. Sejak kejadian itulah hubungan AREMANIA dan PERSIK MANIA sedikit memanas, tapi itu durung puncak dari pertikaian kedua kubu tersebut. Tepat pada tanggal 17 Januari 2008 di stadion BRAWIJAYA di gelar babak penyelisihan 8 besar. Saat itu AREMA Vs PERSIWA bermain di Stadion BRAWIJAYA, sebelum AREMA bermain AREMANIA sudah memenuhi TRIBUN timur stadion Brawijaya.

Beberapa jam setelah dibakarnya stadion brawijaya oleh aremania, ribuan persik mania yang tidak terima karena Stadion BRAWIJAYA yang merupakan markas tim Persik Kediri di bakar oleh Aremania, sepanjang perjalanan pulang ke malang AREMANIA terus Mendapat teror dari warga kediri yang jelas banyak benget kerusakan motor mobil,genting,kaca, cendela, dll. Itulah cerita asal muasal AREMANIA (suporter terbaik) mengapa sangat di benci oleh PERSIK MANIA. Kebencian itu kian subur ketika pertandingan ISL 20 januari 2009 PERSIK harus menjamu AREMA di luar kandang sebab Panpel dan keamanan tidak mau mengambil resiko memasukkan AREMA ke kota kediri. Mereka mengharamkanAREMA dan AREMANIA masuk kediri.


Sumber:

Tragedi Heysel, Sejarah Kelam Sepak Bola Eropa

Bagi penggemar setia sepak bola siapa tidak ingat dengan peristiwa 29 Mei 1985 silam. Pertandingan antara dua klub raksasa, yakni Juventus dari Italia dan Liverpool dari Inggris. Final kompetisi Piala Champion (kini bernama Liga Champion), menjadi hari kelabu dalam sejarah dunia sepakbola. Kondisi kedua klub sedang berada di puncak performa. Juventus pada 1984 baru saja memenangi kejuaraan Winner's Cup dan penyerang mereka, Michel Platini asal Prancis, tiga kali meraih penghargaan Ballon d'Or atau pemain terbaik di Eropa pada tahun 1983 hingga 1985. Beberapa pemain inti di tim nasional Italia yang menang pada kompetisi Piala Dunia 1982 juga diambil dari kesebelasan berjuluk I Bianconeri itu. Liverpool juga tidak kalah hebat saat itu. Setelah setahun sebelumnya mereka mengalahkan kesebelasan A.S. Roma dari Italia, The Reds yang empat musim juara kompetisi Liga Champion bertekad mempertahankan gelar itu. Meski begitu, rupanya para hooligans, julukan bagi suporter sepakbola asal Inggris, menaruh dendam kepada pendukung asal Italia karena pada 1984 saat laga Liverpool melawan A.S. Roma, mereka diserang sebelum dan setelah pertandingan.

Kondisi Stadion Heysel, saat itu sudah berusia lebih dari separuh abad, dan banyak fasilitas kurang layak juga dituding sebagai salah satu yang memperburuk peristiwa itu. Selain tidak terawat, beberapa bagian stadion terbuat dari bahan ringkih. Para pendukung yang tidak kebagian tiket bisa menjebol tembok terbuat dari batako berlubang. Direktur Liverpool Peter Robinson saat itu sudah mengeluhkan buruknya keadaan stadion itu dengan melapor kepada Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Para pendukung dan pemain kesebelasan Inggris, Arsenal, bermain di sana beberapa tahun sebelumnya mengatakan kalau tempat itu seperti tempat sampah.

Robinson mendesak UEFA agar pertandingan dilangsungkan di Stadion Camp Nou milik kesebelasan Barcelona atau Santiago Bernabeau kepunyaan klub Real Madrid asal Spanyol. Tetapi sarannya tidak digubris dan Asosiasi Sepak Bola Eropa tetap berkeras menyelenggarakan partai final Liga Champion 1982 di Stadion Heysel.

Saat tiba hari pertandingan, Stadion disesaki 50 hingga 60 ribu suporter dari kedua kesebelasan. Walau tempat duduk mereka sudah dipisah, pendukung Juventus ditempatkan di sektor O, N, dan M, sementara pendukung Liverpool duduk di area X, Y, Z. Rupanya tetap saja para hooligan itu merangsek mendekati kubu lawan. Suasana saat itu sudah sangat panas karena kedua kubu saling menyanyikan lagu mars kebanggaan sembari mengibarkan bendera kesebelasan kebanggaan.

Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok hooligan Liverpool menerobos pembatas masuk ke wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras. Pendukung Juventus pun berusaha menjauh namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding pembatas di sektor tersebut roboh karena tidak kuasa menahan beban dari orang-orang yang terus beruhasa merangsek dan melompati pagar. Ratusan orang tertimpa dinding yang berjatuhan. Akibat peristiwa ini sebanyak 39 orang meninggal dunia dan 600 lebih lainnya luka-luka.

Meskipun terjadi peristiwa yang mengenaskan dengan jumlah korban yang begitu besar, panitia memutuskan untuk terus melanjutkan pertandingan. Kick off dilakukan setelah kapten kedua kesebelasan meminta penonton untuk tenang. Alasan lain adalah untuk meredam atmosfer kerusuhan yang mulai menyebar. Tifosi Ultras Juventus di bagian lain stadion sempat akan melakukan pembalasan. Mereka mencoba untuk bergerak ke arah pendukung Liverpool namun berhasil dicegah satuan keamanan. Dengan dimulainya pertandingan maka suasana bisa mulai dikendalikan. Pertandingan itu sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 - 0. Michel Platini mencetak gol semata wayang Juventus dari titik penalti setelah Michael Platini dilanggar oleh pemain Liverpool.

Konsekuensi

Kepolisian Inggris menyelidiki lebih lanjut dari berbagai sumber. Film sepanjang 17 menit dan berbagai hasil jepretan kamera menjadi alat untuk mengungkap kejadian tersebut. TV Eye menayangkan satu jam penuh perihal Tragedi Heysel, dan foto-foto pun dipublikasikan melalui media massa. Hanya 27 orang akhirnya ditahan dengan kasus penganiayaan dan pembunuhan, sebagian besar mereka berasal dari Merseyside dan memang telah beberapa kali berurusan dengan hukum karena kerusuhan sepakbola. 14 orang pendukung Liverpool itu akhirnya dipidana atas dakwaan tersebut.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, pada tanggal 30 Mei 1985 UEFA melalui penyidik resminya, Gunter Schneider, menyatakan bahwa kesalahan sepenuhnya ada di pihak Liverpool. Bahkan kemudian, pada tanggal 31 Mei 1985, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher mendesak FA untuk melarang tim-tim Inggris untuk bermain di Eropa. Dua hari kemudian UEFA secara resmi memutuskan untuk melarang semua klub sepakbola Inggris untuk melakukan pertandingan di seluruh Eropa untuk "waktu yang belum ditentukan". Tanggal 6 Juni putusan itu berubah menjadi pelarangan bertanding di seluruh dunia, namun seminggu kemudian diputuskan bahwa pertandingan persahabatan diperbolehkan. Sanksi ini tidak berlaku untuk Timnas Inggris.

Putusan terakhir adalah pengucilan klub-klub Inggris dari peta persepakbolaan dunia selama lima tahun, dan tiga tahun tambahan khusus untuk Liverpool dan akhirnya mendapat keringanan dengan hanya satu tahun tambahan. Peristiwa Heysel telah merugikan klub-klub Inggris seperti Manchester United, Arsenal, Everton, Nottingham Forest, Chelsea, Tottenham Hotspur, dan lain-lain yang pada rentang waktu tersebut sebenarnya berhak untuk ikut ambil bagian dalam kompetisi Eropa.

Hukuman yang begitu berat tersebut adalah sebagai peringatan bahwa kekerasan dalam sepakbola tidak boleh terjadi kembali. Suporter asal Inggris memang terkenal akan kebrutalannya. Makanya dari sanalah muncul istilah "hooliganisme". 10 tahun sebelum tragedi ini, di final European Cup 1975 fans Leeds United membuat kerusuhan dengan menyerang suporter Bayern Muenchen, berikut pemain dan offisial. Masyarakat sepakbola mengutuk tindakan itu namun UEFA masih memberi keringanan dengan hanya menghukum dengan larangan bertanding di kejuaraan Eropa untuk Leeds United selama 4 tahun. Setahun sebelum Final Piala Champions 1985, sebenarnya hooligan Liverpool juga sudah bentrok dengan tifosi AS Roma dalam ajang yang sama. Namun keributan itu tidak sampai mendapat begitu banyak perhatian.

Peringatan

Sebuah tugu peringatan Tragedi Heysel didirikan dengan biaya £140,000. Diresmikan tepat 20 tahun setelah kejadian tersebut, 29 Mei 2005. Berbentuk jam matahari, tugu tersebut dihiasi dengan batu-batuan yang berasal dari Italia dan Belgia. Sebuah puisi "Funeral Blues" oleh penyair Inggris W. H. Auden melengkapi simbolisasi kesedihan tiga negara. 39 lampu bersinar untuk setiap korban Heysel. Tugu peringatan ini didesain oleh seniman Perancis Patrick Remoux.

Perdelapan final Liga Champions 2005 mempertemukan kedua tim. The Kop, di Liverpool mengkoordinasikan sebuah koreografi mosaik bertuliskan "Amicizia" ditujukan kepada para suporter Juventus yang memadati Anfield. Artinya persahabatan, sebuah permohonan maaf kepada tifosi Juventus. Sebagian tifosi menyambutnya, namun tidak sedikit pula yang menolaknya karena rentang waktu uluran persahabatan tersebut terlalu lama, 20 tahun sejak tragedi Heysel pecah.

Korban

39 suporter sepak bola meninggal dalam peristiwa ini, 32 suporter Juventus, 4 orang warga negara Belgia, 2 orang Perancis serta seorang Irlandia.
  • Rocco Acerra (29)
  • Bruno Balli (50)
  • Alfons Bos
  • Giancarlo Bruschera (21)
  • Andrea Casula (11)
  • Giovanni Casula (44)
  • Nino Cerrullo (24)
  • Willy Chielens
  • Giuseppina Conti (17)
  • Dirk Daenecky
  • Dionisio Fabbro (51)
  • Jacques François
  • Eugenio Gagliano (35)
  • Francesco Galli (25)
  • Giancarlo Gonnelli (20)
  • Alberto Guarini (21)
  • Giovacchino Landini (50)
  • Roberto Lorentini (31)
  • Barbara Lusci (58)
 
  • Loris Messore (28)
  • Gianni Mastrolaco (20)
  • Sergio Bastino Mazzino (38)
  • Luciano Rocco Papaluca (38)
  • Luigi Pidone (31)
  • Bento Pistolato (50)
  • Patrick Radcliffe
  • Domenico Ragazzi (44)
  • Antonio Ragnanese (29)
  • Claude Robert
  • Mario Ronchi (43)
  • Domenico Russo (28)
  • Tarcisio Salvi (49)
  • Gianfranco Sarto (47)
  • Amedeo Giuseppe Spolaore (55)
  • Mario Spanu (41)
  • Tarcisio Venturin (23)
  • Jean Michel Walla
  • Claudio Zavaroni (28)

Referensi :

Kamis, 20 Februari 2014

Genoa CFC, Klub Bola Tertua di Italia

Dalam sejarah panjang Genoa, klub ini sembilan kali memenangi kejuaraan sepakbola Italia. Gelar pertama diraih 1898 dan yang terakhir didapat pada musim 1923/24. Genoa juga sekali menjadi juara Coppa Italia. Dalam sejarah, Genoa termasuk salah satu klub paling sukses di Italia dari pertimbangan koleksi gelar juara yang ditorehkan.
Klub ini didirikan pada 7 September 1893  sebagai Genoa Cricket & Athletic Club. Pada tahun-tahun awal, hanya berkompetisi di atletik dan kriket. Sejak klub ini didirikan untuk mewakili Inggris di luar negeri, kaos asli dikenakan oleh organisasi ini adalah putih, warna yang sama dengan kaos tim nasional Inggris. Pada awalnya orang italia  tidak diizinkan untuk bergabung, karena ini adalah sebuah klub olahraga Inggris di luar negeri. Kegiatan Genoa berlangsung di wilayah utara-barat dari kota: Campasso, di Piazza d’Armi . Berikut orang-orang yang mendirikan Genoa Cricket & Athletic Club:

  • Charles de Grave Sells
  • S. Blake
  • G. Green
  • W. Riley
  • Daniel G. Fawcus
  • Sandys
  • E. De Thierry
  • Jonathan Summerhill Sr
  • Jonathan Summerhill Jr
  • Sir Charles Alfred Payton

10 April 1897 yang sepakbola bagian dari klub secara resmi dibuka oleh James Richardson Spensley. Ini yang menjadikan Genoa sebagai salah satu klub tertua di sepak bola Italia yang  pada  saat itu hanya ada 2 klub yang didirikan di Turin.

Dokumen Pendirian Genoa Cricket And Athletic Club
Setelah klub  sepak bola dibuka, orang italia diizinkan untuk bergabungPertandingan persahabatan pertama terjadi di kandang, melawan tim campuran Internazionale Torino dan FBC Torinese, Genoa kalah 1-0 dan  tidak lama kemudian, Genoa mencatat kemenangan tandang pertama melawan UPS Alessandria, dengan skor 2-0. Friendly Game juga terjadi terhadap pelaut Inggris dari kapal HMS Revenge.

Dominasi Kejuaraaan

Genoa Cricket And Athletic Club
Sepakbola Italia mulai berkembang dengan mendirikan Italian Football Federation dan  Italian Football Championship. Genoa berkompetisi di Kejuaraan Italia pertamanya tahun 1898, di Velodromo Umberto I, di kota Turin. Mereka mengalahkan Ginnastica Torino 2-1 dalam pertandingan resmi pertama mereka pada tanggal 8 Mei, sebelum memenangkan kejuaraan pertama hari itu dengan mengalahkan Internazionale Torino 3-1 melalui perpanjangan waktu.

Genoa kembali untuk musim berikutnya, kali ini dengan beberapa perubahan, nama klub diubah ke Genoa Cricket & Football Club, menanggalkan Athletic dari namanya. Juga dalam perubahan warna kaos, menjadi garis vertikal putih dan biru, dikenal di Italia sebagai biancoblu. Genoa memenangkan gelar kedua mereka di “One Day” turnamen, yang berlangsung pada tanggal 16 April 1899, dengan mengalahkan Internazionale Torino 3-1 untuk kedua kalinya. Dalam perjalanan mereka untuk memenangkan gelar ketiga berturut-turut pada 1900, mereka mengalahkan rival sekotanya Sampierdarenese (Sampdoria) 7-0, kemenangan itu merupakan kemenangan terbesar di liga sampai 1910. di final genoa menang 3-1 atas FBC Torinese.

Strip klub diubah lagi di 1901, Genoa mengadopsi merah-biru tua yang terkenal itu dan karena itu genoa dikenal sebagai rossoblu. warna ini juga digunakan bahkan sampai hari ini oleh klub Italia lain nya seperti:Cagliari, Bologna, dan juga klub kecil lain nya. Setelah musim berakhir sebagai runner-up di bawah Milan Cricket and Football Club atau A.C. Milan. Genoa kembali ke jalurnya pada tahun 1902, untuk gelar keempat mereka. Juventus muncul sebagai pesaing serius Genoa dari tahun 1903 dan seterusnya, ketika untuk dua musim berturut-turut Genoa mengalahkan Nyonya Tua di final nasional.

Genoa CFC 1904
Genoa menjadi tim sepakbola pertama Italia untuk memainkan pertandingan internasional, ketika mereka mengunjungi klub dari Perancis pada tanggal 27 April 1903, FVC Nice, dengan kemenangan 3-0 dan memenangkan kejuaraan Italia di 1904. Dari 1905 dan seterusnya mereka  menjadi runner-up, Genoa kehilangan pijakan mereka pada kejuaraan Italia, klub lain seperti Juventus, Milan dan Pro Vercelli terus melangkah.

Penurunan prestasi Genoa semakin parah ketika pada tahun 1908 FIGC sepakat dengan Federal Gymnastics untuk melarang penggunaan pemain asing. Sejak kelahiran Genoa, mereka selalu memiliki kontingen Inggris. Genoa tidak setuju, seperti yang dilakukan beberapa klub terkemuka lainnya seperti Milan, Torino, dan Firenze, dengan demikian mereka menarik diri dari kompetisi resmi FIGC tahun itu. Musim berikutnya federasi membalik keputusan dan Genoa membangun kembali dengan pemain seperti Luigi Ferraris, serta beberapa pemain dari Swiss. Pembangunan kembali skuad Genoa juga diikuti dengan pembangunan lapangan baru di Marassi daerah Genoa, yang ketika dibangun memiliki kapasitas 25.000 dan sebanding dengan stadion Inggris waktu itu, secara resmi dibuka pada tanggal 22 Januari 1911.

Kebangkitan Garbutt 

Dengan diperkenalkannya Tim nasional sepak bola Italia, Genoa memainkan peran penting. dengan pemainnya seperti Renzo De Vecchi, menjadi Kapten Azzurri kapten untuk beberapa waktu, Edoardo Mariani dan Enrico Sardi mendapatkan panggilan ke timnas. orang Inggris William Garbutt dibawa menjadi pelatih kepala untuk membantu menghidupkan kembali klub, Garbutt adalah manajer profesional pertama di Italia dan dia dianggap memiliki karisma yang kuat, yang terus-menerus merokok, dari pipa tembakau nya. dia dijuluki “Mister” oleh para pemain, sejak saat itu orang Italia menujuk pelatih secara umum. 

Akhirnya tahun 1914-1915 , Genoa telah memulihkan diri sebagai klub top dari Italia Utara, memenangkan babak final bagian Utara. Namun akhir final nasional tidak dimainkan karena Genoa tidak memiliki lawan, final Italia bagian selatan tidak diputuskan karena pecahnya Perang Dunia I. Genoa dianugerahi gelar pada 1919 setelah berakhirnya perang, itu adalah yang pertama dari sebelas musim. Perang yang kejam itu telah mengambil pemain Genoa seperti: Luigi Ferraris, Adolfo Gnecco, Carlo Marassi, Alberto Sussone dan Claudio Casanova, semua nya meninggal saat bertugas militer di Italia, sedangkan pendiri sepakbola Genoa James Richardson Spensley tewas di Jerman.

Genoa CFC 1924
Setelah perang Genoa tetap menjadi pesaing kuat di bagian Utara. Garbutt tetap memimpin Genoa dan sukses kejuaraan di 1922-1923. Mereka mengalahkan Lazio 6-1 di final. Musim berikut nya Genoa membuat jalan melewati Bologna di final Utara, namun bukan tanpa kontroversi, setelah kerusuhan di leg kedua selama pertandingan di Bologna, FIGC memberikan Genoa kemenangan 2-0. Di final nasional musim itu, Genoa mengalahkan Savoia 4-1 dan itu adalah kesembilan nya genoa sampai di final Kejuaran italia. 
Skuad selama dua kemenangan kejuaraan termasuk: Giovanni De PRA, Ottavio Barbieri, Luigi Burlando dan Renzo De Vecchi. Dengan juara nya Genoa pada tahun 1923-24 datang lah pengenalan sebagai scudetto Patch, yang berarti setelah di musim itu klub yang memenangkan kejuaraan liga Italia, mereka diizinkan untuk memakai perisai berbentuk patch di baju mereka yang menampilkan warna-warna bendera Italia. Selama sisa tahun 1920-an, klub tidak memenangkan kejuaraan, dengan peringkat tertinggi di tempat kedua, seperti pada tahun 1927-28, ketika Genoa runner-up di bawah Torino, striker Felice Levratto mencetak 20 gol dalam 27 pertandingan.

Prestasi Genoa sejak akhir Perang Dunia II naik turun. Serie A, B bahkan C1 sempat dicicipinya. Namun setelah masa-masa itu. Genoa berhasil kembali ke Serie A dan musim lalu mencatat prestasi yang cukup mencengangkan, menduduki peringkat lima posisi akhir klasemen Serie A Italia dan berhak mendapat satu tiket kompetisi Eropa lewat jalur Liga Europa.


Referensi:

Sheffield FC, Klub Sepak Bola Pertama dan Tertua Di Dunia

Telinga kita pasti lebih akrab denga klub Sheffield United atau Sheffield Wednesday, kedua klub tersebut bahkan pernah merasakan kerasnya ajang Premier League. Sheffield FC adalah sebuah tim yang sekota dengan keduanya, tetapi klub yang satu ini adalah sebuah klub sepak bola modern tertua di dunia, klub seangkatannya mungkin sudah pada berguguran ditelan jaman.

Pada tanggal 24 Oktober 1857 dua orang pendiri Sheffield FC, Nathanaiel Creswick dan William Prest bersama-sama membentuk sebuah klub sepak bola. Tujuan utamanya adalah membuat mereka tetap fit saat musim dingin. Nathanaiel dan William adalah pemain Cricket dan saat musim dingin, semua pertadingan cricket ditiadakan, sehingga mereka harus mencari alternatif lain agar kondisinya selalu fit, maka dibuatlah sebuah klub sepakbola.

Sejalan dengan waktu, Sheffield FC akhirnya bertanding di liga amatir, dan tetap menjadi amatir saat pertandingan profesional digelar pertama kali saat klub itu berulang tahunnya yang ketiga puluh. Dan terus bermain sebagai kesebelasan amatir walau kedua klub dari kota yang sama, Sheffield United dan Sheffield Wednesday masuk ke ajang kompetisi profesional.

Menjadi sebuah klub sepakbola tertua di dunia ternyata membuat Sheffield FC menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Klub ini terus mengembangkan diri menjadi sebuah community club dimana orang yang terlibat di dalamnya hanya ada 3 orang staff yang bertugas dari menjual karcis, membuat jadwal, menjamu tim lawan sampai mengecat garis lapangan dilakukan oleh mereka. Dan sebagai sebuah community club, Sheffield FC memiliki 16 tim sepak bola dan 3 tim sepak bola dari orang cacat. Pendapatan klub lebih banyak dari iuran, kedai kopi dan penjualan online.

"Sheffield FC sebenarnya lebih senang dikenal sebagai klub sepak bola pertama daripada disebut dengan klub sepak bola tertua."

Sheffield FC adalah klub yang mengenalkan permainan sepak bola modern. Teknik-teknik seperti sundulan kepala, crossbar dan corners adalah inovasi-inovasi sepak bola yang diperkenalkan oleh mereka. Jika pada jaman dahulu orang bermain bola seperti sebuah perkelahian, Sheffield FC mulai mengenalkan tendangan bebas dan pelanggaran serta lemparan kedalam saat bola keluar lapangan.

Saat pertama mereka berdiri, sudah hampir dipastikan belum ada lawan atau klub lain yang dapat diajak bertanding, sehingga mereka membuat pertandingan dengan berbagai bentuk tim, misalnya pertandingan antara pria menikah melawan bujangan.

"Pada tahun 1862 atau 5 tahun setelah Sheffield FC berdiri terbentuk 15 klub di sekitar kota Sheffield. Dan pada tahun berikutnya English FA didirikan."
Pertandingan antar kota pertama kali dilakukan melawan London City di Battersea Park, pada 1866. Dan pada tahun 1872, Sir Charles Clegg menjadi pemain Sheffield yang mengikuti pertandingan internasional antara Inggris vs Skotlandia.

Dibawah asuhan manager Mark Shaw, klub ini finish di peringkat 11 musim lalu (2010-2011). Sekarang Sheffield F.C berbasis di Coach and Horses Ground, Dronfield, Derbyshire.

Beberapa penghargaan yang telah diraih klub tertua di dunia ini yaitu:
1. Juara FA Amateur Cup, 1903-04
2. Juara divisi dua liga Yorkshire, 1976-77
3. Juara liga Yorkshire, 1977-78
4. Juara Whitbread Trophy, 1987-88
5. Juara divisi satu liga Northern Counties East, 1988-89 & 1990-91
6. Juara liga Northern Counties East, 2000-01 & 2004-05
7. Juara Sheffield and Hallamshire Senior Cup, 1993-94, 2004-05, 2005-06, 2007-08 & 2009-10

Sheffield FC mungkin memiliki peluang yang kecil untuk dapat memenangkan piala FA atau sekalipun Premier League, tetapi klub ini telah mengilhami ratusan ribu klub sepak bola modern di dunia dan menjadikan para pemain bola saat ini menjadi super star olah raga dengan penghasilan jutaan Poundsterling. Sementara Sheffield FC tetap bersahaja dengan kesederhanaan.

CIKAL BAKAL SHEFFIELD UNITED & WEDNESDAY

Selama tiga tahun, Sheffield hanya bermain di antara mereka sendiri dan tak punya musuh, termasuk mempertandingkan pria yang sudah menikah melawan pria lajang. Setelah hal itu bertahan selama tiga tahun, Sheffield kemudian meminta klub kriket Hallam untuk membentuk klub sepakbola sebagai rival. Pertandingan derby antara mereka masih berlangsung hingga kini.
Hingga tahun 1862, sudah ada 15 klub lain yang didirikan di daerah Sheffield, sebuah kawasan yang terkenal dengan industri baja, yang kemudian mengorganisir dirinya di bawah perserikatan Sheffield Club. Mereka semua inilah yang menjadi ujung tombak pembentukan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) pada tahun 1863.
Sheffield kemudian berandil pula dalam pembentukan Sheffield United pada 1889, yang saat ini bermain di Liga Championship (divisi satu) bersama dengan Sheffield Wednesday.


Referensi:
 
Copyright © 2014 Soccer History.