BREAKING NEWS

Minggu, 16 Februari 2014

Sejarah Sepak Bola Indonesia

Tidak banyak informasi yang kami dapat untuk menjelaskan kapan sepak bola mulai masuk ke Nusantara. Tetap akhirnya kami dapat menemukan uraian sejarah yang menurut kami paling lengkap yaitu dari situs goljebret.com. Tulisan tersebut dibagi atas 6 artikel, kami di sini hanya mengambil 1 artikel saja. Berikut kami sajikan informasi tersebut dengan langsung mengutip dari situs tersebut.

Melacak genesis sepakbola di Indonesia bukanlah pekerjaan mudah. Minim sekali sumber yang bisa secara meyakinkan untuk dijadikan rujukan. Sumber yang memungkinkan paling hanya laporan-laporan surat kabar.

Artikel yang dirilis Rec.Sport.Soccer Statistics Foundation [RSSSF] mencatat, pertama kali sepakbola disebut di Hindia Belanda itu terjadi di Medan. Pada 16 November 1887, berdiri Gymnastiek Vereeniging. Selain senam, asosiasi itu juga akhirnya memainkan olahraga kriket dan sepakbola, disusul kemudian tenis, atletik dan sepeda. Disebutkan, pada akhir 189-0an, sebuah tim dari Penang datang untuk bertanding. Pada pagi hari kedua tim bermain kriket dan sorenya bermain sepakbola.

Informasi itu belum menjelaskan kapan persisnya sepakbola mulai dimainkan di Hindia Belanda. Tanggal 16 November 1887 hanyalah tanggal berdirinya sebuah perkumpulan olahraga, bukan perkumpulan sepakbola. Cabang sepakbola baru masuk belakangan dalam perkumpulan tersebut. Ini agak mirip dengan kisah bagaimana sepakbola dimainkan orang-orang Tionghoa di Surabaya. Mulanya berdiri Gymnastiek Sport Vereniging Tionghoa pada 1908, barulah pada 1915 perkumpulan ini memiliki cabang sepakbola-nya [lihat artikel: Tionghoa dalam Sepakbola Indonesia].

Setelah pertandingan melawan tim dari Penang itu, sepakbola disebutkan tidak lagi dimainkan menyusul vakumnya kegiatan Gymnastiek Vereeniging itu. Sepakbola baru dimainkan kembali setelah lahirnya klub olahraga bernama “Sportclub Sumatra’s Oostkust” pada Juni 1899.

Di surat kabar De Sumatra Post edisi 31 Mei 1904 yang berhasil kami temukan, ada laporan berjudul “Het 5-jarig bestaan der Sportclub ‘Sumatra’s Oostkust’” [Perayaan 5 Tahun Klub Olahraga Pantai Timur Sumatera]. Selain menceritakan visi dan misi didirikannya klub olahraga itu, laporan itu juga menjelaskan betapa klub tersebut didirikan untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Gymnastiek Vereeniging sejak 1887.

Tapi dari situ terlihat masih sumirnya kapan persisnya sepakbola mulai dimainkan. Laporan De Sumatra Post mengenai Sportclub Sumatra’s Oostkust juga menjelaskan bagaimana sepakbola hanya menjadi salah satu cabang olahraga yang dimainkan, sama seperti yang terjadi Gymnastiek Vereeniging atau kelak di Gymnastiek Sport Vereniging Tionghoa di Surabaya.

Yang bisa dicatat dari laporan itu adalah betapa klub-klub olahraga itu sengaja didirikan untuk membentuk kekuatan dan kesehatan fisik, melatih mentalitas sekaligus sebagai sarana relaksasi/rekreasi pikiran dan fisik. Olahraga seperti kriket, tenis atau sepakbola dimainkan di Hindia Belanda pada mulanya lebih untuk bersenang-senang. Belum ada unsur prestasi, tapi lebih kepada aspek relaksasi dan rekreasi.

Proses yang mirip juga terjadi di negara jajahan lainnya yaitu India. Dalam studi berjudul “Football and Politics in Bengal: Colonialism, Nationalism, Communalism”, Paul Dimeo menjelaskan bagaimana sepakbola memang menjadi bagian dari gaya hidup orang-orang Inggris di India pada akhir abad 19. Tulis Dimeo, para penguasa Inggris di India secara sengaja mengekspor dan menciptakan kembali gaya hidup aristokrat di negeri asalnya. Salah satu yang dipraktikkan adalah gaya hidup berolahraga di lapangan rumput di belakang rumah/kastil yang luas. Di sanalah dimainkan olahraga polo, kriket sampai sepakbola [lih. Buku Soccer in South Asia: Empire, Nation, Diaspora; 2001, hal 58].

Yang membedakan dengan Hindia Belanda adalah di India sepakbola disebarkan oleh orang-orang Inggris, khususnya oleh tentara, terutama untuk melatih disiplin dan solidaritas ketentaraan, esprit de corps. Dalam sebuah turnamen sepakbola yang digelar pada Oktober 1892, salah satu pejabat Inggris di India, Lord Roberts, mengartikulasikan hal itu dengan jelas. “Kualitas, disiplin dan kombinasi keduanya,” ujar Lord Roberts, “sama-sama dibutuhkan bagi seorang pemain bola yang bagus dan tentara yang baik.”

Sepakbola modern memang “dilahirkan” di Inggris dan Inggris pula yang bertanggungjawab menyebarluaskan permainan ini. Seperti yang sudah disinggung di bagian pertama tulisan ini, Inggris dengan mudah menyebarkan permainan ini, termasuk ke dunia ketiga, karena status mereka sebagai negara kolonial terbesar di dunia.

Football Association (FA), federasi sepakbola Inggris yang didirikan pada 1863, tidak selalu bertanggung jawab atas penyebaran itu. Kebanyakan penyebaran sepakbola ke luar benua Eropa dilakukan orang-orang Inggris atas inisiatif sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah pegawai administrasi pemerintah Inggris di negeri jajahan, beberapa di antaranya tentara, para pedagang dan tidak jarang bahkan para pelaut Inggris.

Itu sebabnya nama-nama berbau Inggris sampai sekarang masih menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia sepakbola di banyak negara yang tidak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari sekalipun, tidak terkecuali di negara-negara yang bukan jajahan Inggris. Tak mengherankan jika di Belanda ada klub bernama Go Ahead atau di Argentina [yang dijajah Spanyol] ada klub bernama Boca Juniors dan River Plate.

Dalam studi kasus Indonesia, hal itu juga terjadi. Salah satu klub sepakbola yang masih bertahan hingga sekarang, UMS, juga mencerminkan dengan kuat watak “Inggris” dalam sepakbola Hindia Belanda saat itu. UMS adalah singkatan dari Union Makes Strength — sebuah parafrase yang sangat terkenal, banyak digunakan sebagai motto organisasi di berbagai negara, negara Haiti bahkan menjadikan parafrase itu sebagai semboyan nasional. Klub sepakbola Tionghoa di Bandung juga menggunakan bahasa Inggris sebagai namanya yaitu YMC [Young Men’s Combination].

Meletakkan sejarah sepakbola ke dalam konteks politik kolonial memang tak terhindarkan. Sekarang, dengan jargon kick politics out of football, sepakbola dan FIFA memang mencoba mensterilisasi watak politik dalam sepakbola. Tapi sejarah FIFA, terutama sebelum Perang Dunia, memang lekat dengan upaya untuk mempertahankan tatanan dunia lama yang dikendalikan oleh negara-negara kolonial. Hengkangnya Inggris dari keanggotaan FIFA pada 1920, juga tak lepas dari upaya mereka yang terus mencoba mengendalikan FIFA.

Kondisi itu diungkapkan dengan bernas oleh John Sugden dan Alan Tomlinson dalam sebuah kalimat lugas: “Britain invented the game and gave it to the world, and we’re going to damn well control it!” [lihat buku Sport and Poscolonialsm Global Sport Culture, 2003, hal. 180].

Belanda menyadari benar bahayanya membiarkan sepakbola dimainkan secara bebas oleh rakyat jajahannya. Sejarah PSSI di masa penjajahan punya banyak cerita bagaimana sepakbola dimainkan oleh kaum bumiputera dalam konteks politik kolonial ini [seperti yang akan tersaji dalam serial artikel selanjutnya]. Tapi dalam hal PSSI, konteksnya bukan untuk meneguhkan sistem politik kolonial itu, tapi justru untuk menumbangkannya.

Demikian sejarah sepak bola Indonesia, untuk artikel lengkapnya sahabat Soccer History dapat membacanya di goljebret.com


Sumber: 

1 komentar :

  1. HANYA di Judi Poker Online P'O'K'E'R V`1`T`A KEMENANGAN ANDA 100% AKAN DIBAYARKAN ATAUPUN KEMBALIKAN DANA YANG ANDA MENANGKAN, BERAPAPUN NILAI NOMINAL TERSEBUT
    BAHKAN HINGGA RATUSAN JUTA !!!

    P'O'K'E'R V`1`T`A Menyediakan BONUS-BONUS Untuk ANDA Diantaranya :
    -BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP/SETIAP SENIN )
    -BONUS CASHBACK TUROVER ( SETIAP HARI )
    -NO ROBOT,NO ADMIN
    -Proses Deposit dan Withdraw Dengan Cepat
    -Dilayani CS Yang Ramah Dan Profesional
    -Menyediakan 5 bank lokal : BCA,BNI,BRI,MANDIRI, DAN DANAMON

    WA: 0812.2222.996
    BBM : PKRVITA1 (HURUF BESAR)
    Wechat: pokervitaofficial
    Line: vitapoker

    Festival Poker 2019

    BalasHapus

 
Copyright © 2014 Soccer History.